Kasus Korupsi Timah Rp 271 Triliun: Alasan Kekuasaan, Kesempatan, dan Lemahnya Konstitusi

Authors

  • Tsalsabillah Rokhmah Utami Universitas Islam Negeri Walisongo
  • Sri Isnani Setiyaningsih Universitas Islam Negeri Walisongo

DOI:

https://doi.org/10.54066/jkb.v2i2.2007

Keywords:

Corruption, power, opportunity, constitution, law enforcement

Abstract

Corruption is a serious problem in Indonesia, affecting economic growth, political stability and public trust in the government. This article discusses three main factors causing corruption in Indonesia: the desire to gain power, the availability of opportunities for corruption, and the weakness of the constitutional system to ensure accountability and transparency. This study shows how political power, weak control and supervision, as well as unclear constitutional provisions and weak understanding of Pancasila have created an environment that supports corrupt practices. This analysis also highlights the importance of constitutional reform and strengthening supervisory institutions to combat corruption and build a more transparent and accountable government in Indonesia.

References

Alatas, S. H. (1999). Corruption and the destiny of Asia. Prentice Hall.

Andi Hamzah. (1991). Korupsi di Indonesia dan pemecahannya. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ashri, F. (2024). Terjerat korupsi timah Rp 271 triliun, mantan Kadis ESDM Bangka Belitung punya harta miliaran rupiah. Detik News. Retrieved from https://news.detik.com/berita/d-7271875/memahami-kasus-korupsi-timah-yang-timbulkan-kerugian-lingkungan-rp-271-t

De Chaniag, F. Z., et al. (2023). Menggali akar masalah korupsi di Indonesia: Analisis terhadap faktor-faktor pendorong dan solusi pemberantasannya. Journal of Economic Research and Understanding of Indonesian Markets, 1(2). https://doi.org/10.57235/jerumi.v1i2.1428

Indonesia Corruption Watch. (2020). Catatan akhir tahun pemberantasan korupsi tahun 2020: Pandemi, kemunduran demokrasi, dan redupnya spirit pemberantasan korupsi. Jakarta Selatan.

Komisi Pemberantasan Korupsi. (2022). Kenapa masih banyak yang korupsi? Ini penyebabnya. Retrieved from https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220407-kenapa-masih-banyak-yang-korupsi-ini-penyebabnya

Mahathir Mohamad. (1986). The Challenge. Kuala Lumpur: Pelanduk Publication Sdn. Bhd.

Poerwadarminta, W. J. S. (1982). Kamus umum bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka.

Rahmat, R. S., & Sri, M. S. (2022). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi korupsi di Indonesia. Journal of Indonesian Public Administration, 1(1). https://doi.org/10.25115/jipa.v1i1.3492

Salim, E. (1994). Mungkinkah ada demokrasi di Indonesia. In E. P. Taher (Ed.), Demokratisasi politik, budaya dan ekonomi (pp. 157-159). Yayasan Paramadina.

Saputro, J. S. (2023). Peringatan Hakordia 2023, korupsi adalah parasit masyarakat dan negara. Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Susetiawan. (1997). Harmoni, stabilitas politik dan kritik sosial. In Kritik sosial dalam wacana pembangunan (pp. 17-18). UII Press.

Theobald, R. (1990). Corruption, development and underdevelopment. The McMillan Press Ltd.

Universitas Padjadjaran. (2021). Ketua KPK: Korupsi terjadi karena ada kekuasaan, kesempatan, dan lemahnya integritas. Retrieved from https://www.unpad.ac.id/2021/03/ketua-kpk-korupsi-terjadi-karena-ada-kekuasaan-kesempatan-dan-lemahnya-integritas/

Published

2024-05-31

How to Cite

Tsalsabillah Rokhmah Utami, & Sri Isnani Setiyaningsih. (2024). Kasus Korupsi Timah Rp 271 Triliun: Alasan Kekuasaan, Kesempatan, dan Lemahnya Konstitusi. Jurnal Kabar Masyarakat, 2(2), 304–312. https://doi.org/10.54066/jkb.v2i2.2007